#mentalhealthawareness

Image Source : google

Beberapa waktu lalu kita sempat dihebohkan dengan berita seorang pesohor kenamaan negeri gingseng mengakhiri hidupnya dikarenakan depresi akibat hujatan warganet. Berita tersebut menjadi perhatian banyak orang dan seketika pembahasan mengenai depresi mencuat ke permukaan. Padahal kasus bunuh diri akibat depresi, baik itu pada kalangan artis ataupun masyarakat biasa sudah tidak lagi asing di telinga kita. Tapi seberapa peduli kah Anda dengan kondisi kesehatan mental seseorang yang mungkin Anda kenal, atau bahkan kesehatan mental Anda sendiri?


Tanggal 10 Oktober lalu diperingati sebagai hari kesehatan mental sedunia dan sudah seharusnya menjadi momentum bagi kita untuk lebih peduli dan peka dengan tanda-tanda kesehatan mental orang yang kita kenal. Banyak hal yang dapat kita ketahui sebagai tanda peringatan apabila kondisi mental seseorang sedang dalam kondisi yang kurang baik. Jika rekan Anda atau orang terdekat Anda mulai menarik diri dari pergaulan dan lebih memilih menyendiri disertai dengan perasaan sedih berkepanjangan, itu adalah salah satu pertanda jika rekan Anda sedang mengalami perubahan kondisi mental. Lantas apa yang bisa kita lakukan?

Hal sederhana yang sebetulnya bisa dilakukan oleh setiap orang untuk membantu kondisi mental seseorang yang sedang menurun adalah meluangkan waktu untuk mendengarkan. Terdengar sederhana tetapi sebetulnya mendengarkan cukup sulit dilakukan oleh sebagian orang. Mereka yang sedang mengalami penurunan kondisi mental bisa jadi kesulitan dalam mencurahkan beban nya dan tidak banyak orang yang mau membantu meringankan beban tersebut dengan mendengarkan.

“Ah kalau saya mendengarkan curhatan rekan saya terus saya kasih saran takutnya ga tepat” mendengarkan tidak selalu harus memberikan saran loh. Jika memang mengalami kesulitan dalam memberikan saran, cukup mendengarkan saja dan berikan kata-kata yang menguatkan.

Hal berikutnya yang dapat kita lakukan adalah merujuk rekan kita tsb untuk mencari bantuan dari ahli seperti psikolog atau psikiater jika sudah dalam tahap yang berat. Apa bedanya? Psikolog memberikan bantuan dalam bentuk terapi psikologis, konseling, dan pendekatan non medis lainnya. Sementara psikiater memberikan bantuan dalam bentuk medis berupa obat-obatan. Psikolog akan bekerjasama dengan psikiater untuk kasus-kasus yang cukup berat dan sudah memerlukan penanganan medis.

“Kalau saya ke psikolog, saya bakalan dianggap sedang sakit jiwa” sayangnya itu adalah stigma yang sampai saat ini masih melekat di benak masyarakat. Jangan malu untuk mengakui jika kita memang membutuhkan bantuan untuk kesehatan mental. Layaknya kesehatan fisik, kesehatan mental pun perlu menjadi perhatian. Saat fisik kita melemah karena penyakit, kita tidak ragu untuk mencari bantuan dari tenaga ahli begitu pun dengan kesehatan mental kita.

Mari kita mulai peduli dengan kesehatan mental diri masing-masing dan rekan kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fear of Missing Out (FOMO)

Beberapa perilaku orang yang sering ditemui saat berada di angkutan umum